Langsung ke konten utama

Roti Gulung Part 2

 


Roti yang kupegang tidak terasa sudah habis, aku ingin memakan selai stroberi yang kusisihkan untuk kunikmati paling akhir. Sayangnya, aku hanya melihat kertas roti kosong yang tadinya selai stroberiku berada diatasnya. Aku menoleh ke arah ibu dan bertanya kemana selai stroberiku menghilang. Ibuku pun menjawab kalau selai stroberinya sudah habis beliau makan. Aku kaget dan marah mendengarnya. Aku pun kesal dan masuk ke dalam kamar dan menangis sambil memeluk guling.

Ibu menyusulku ke kamar. Ibu yang selalu memanjakanku, sangat merasa bersalah ketika mengetahui telah menyakiti hatiku. Beberapa kali ibu menenangkan emosiku dengan merayu-rayu dan menjanjikan roti gulung yang sama di keesokan hari. Aku tidak bisa menerima tawaran itu, Bagiku, selai stroberi yang tadi kusisihkan tidak dapat tergantikan walaupun satu kardus roti gulung stroberi lainnya. Gagal mendapatkan hatiku, Ibu akhirnya meninggalkanku yang kemudian lelap tertidur.

Selama dua hari setelah malam itu, aku tidak pernah berbicara dengan ibu. Aku masih kesal dan sedih sehingga aku selalu cuek ketika ibu berusaha ngobrol denganku. Di hari kedua, Ibu memberiku 1 kotak berisi satu gulung roti isi selai stroberi yang belum dipotong-potong. Aku menolak pemberian ibu dan kembali menangis karena teringat selai stroberi yang harusnya kumakan malam itu. Entah, emosi itu berlangsung dan berakhir sampai kapan, aku lupa.

Kini, setelah aku beranjak dewasa, Aku menyadari bahwa waktu itu aku kesal dan sedih bukan perkara rasa enak selai stroberi yang ingin aku nikmati. Tetapi tentang usahaku untuk menyimpan sesuatu dengan baik, menjaganya dengan baik, namun orang lain tidak mengapresiasi usahaku atau bahkan menghancurkannya. Aku merasa tumbuh dewasa dengan kebutuhan apresiasi yang sedikit di atas rata-rata kebanyakkan orang. Aku adalah anak tunggal yang selalu menjadi kebanggaan orang tua, tidak pernah dibanding-bandingkan, selalu mendapat perhatian atau hadiah, yang mungkin tidak bisa dirasakan oleh seseorang yang memiliki saudara kandung. Sehingga, ketika ada momen aku kebutuhan itu tidak terpenuhi, maka emosi yang akan muncul. Dulu, aku yang masih kecil tidak bisa mengekspresikan emosi itu sehingga hanya dapat kesal dan menangis. Namun kini, aku sadar bahwa masalah roti gulung bisa diselesaikan dengan roti gulung lainnya, emosi sesaat tersebut sebenarnya bisa ditekan sehingga membuatku mampu mengontrol sikap ketika hal serupa terjadi lagi nanti.

Semoga seiring berjalannya waktu, kita semakin bijak terhadap masalah-masalah yang menghampiri, terutama untuk emosi diri kita sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Perjalanan Rinjani via Sembalun Part 2

Senin, 18 Oktober 2021 Pagi hari kami segera untuk mandi dan packing perlengkapan yang sudah kami pinjam. Datanglah ibunya Wisnu membawakan 2 nasi bungkus beserta teh manis hangat, alhamdulillah. Cuaca pagi itu cerah, secerah semangat kami memulai pendakian. Pukul 08.30 WITA kami bergegas menuju kantor TNGR untuk registrasi. Tak lupa kami berpamitan kepada keluarga Wisnu dan menitipkan beberapa barang yang kami tidak bawa ke pendakian. Kami juga mampir ke sebuah warung makan untuk membeli nasi bungkus sebagai makan siang ketika perjalanan menuju Plawangan Sembalun. Target kami hari ini adalah mencapai Plawangan Sembalun sebelum matahari terbenam . Pintu Masuk Taman Nasional Gunung Rinjani Setelah mengurus simaksi dengan memperlihatkan  barcode pada aplikasi eRinjani, kami diberi briefing singkat. Masih ingat dengan keterlambatan kami karena delay pesawat kemarin? Nah, ternyata kami juga diizinkan untuk menambah durasi pendakian kami yang tadinya hanya 2 hari 1 malam, menjadi 3 hari 2

Catatan Perjalanan Rinjani via Sembalun Part 1

Sudah lama kami berencana untuk mendaki gunung Rinjani yang terletak di pulau Lombok. Setelah mengamati kalender dan memperhitungkan kesibukan kerja, Kami putuskan untuk mendaki Rinjani pada hari Minggu-Senin tanggal 17-18 Oktober 2021. Rencananya, Kami hanya akan mengejar puncak Rinjani via Sembalun tanpa turun ke Danau Segara Anak, pun turun dari Rinjani via Sembalun. Kami mengurus Simaksi (Surat Izin Masuk Kawasan Konvervasi) Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) melalui aplikasi android eRinjani secara online pada tanggal 3 September 2021. Sebagai informasi, selama pandemi COVID-19, kuota pendaki TNGR di setiap jalurnya hanya sejumlah 60 orang saja. Untuk informasi selengkapnya tentang TNGR bisa dilihat di website resmi TNGR . Jumat, 15 Oktober 2021 Kami pergi ke Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura Ambon untuk melakukan tes PCR sebagai syarat perjalanan menggunakan pesawat terbang. Kami tes pada pagi hari dan hasilnya dapat kami ambil di malam harinya. Hasil tes PCR langsung

Gunung Hutan

Suatu waktu aku pernah ditanya mengenai lebih seru mana antara menyelam di laut atau mendaki gunung. Waktu itu aku sempat memikirkan mana yang lebih aku sukai sehingga pertanyaan dari temanku tadi bisa kujawab dengan tegas. Pada akhirnya aku tidak bisa memilih salah satu dari mereka karena dua-duanya seru dan aku sukai. Secara umum, mendaki gunung adalah kegiatan olahraga di alam terbuka yang membutuhkan waktu lebih dari sehari bahkan ada yang lebih dari seminggu. Karena membutuhkan waktu yang lama, maka ada banyak hal yang harus dipersiapkan sebelum kita mulai mendaki, baik persiapan fisik, mental, maupun pengetahuan yang harus kita pahami selama beraktivitas di alam terbuka. Selama berada di alam terbuka kita juga harus menaati peraturan yang diberikan oleh pengurus Taman Nasional terkait. Ada beberapa peraturan umum yang seperti dilarang membuang sampah sembarangan dan juga terkadang ada peraturan khusus seperti di gunung Lawu yang melarang pendaki memakai atribut berwarna hijau s