Langsung ke konten utama

Jakarta Punya Cerita Bagian 2



Kampusku, tempatku kuliah memiliki 3 sesi pembelajaran. Sesi pertama dimulai pukul 07.30, sesi kedua dimulai pada pukul 10.15 dan sesi ketiga dimulai pada pukul 13.30. Kadang-kadang, terdapat sesi keempat yang dimulai pada pukul 16.30 apabila ada ketertinggalan jadwal kuliah yang harus segera dituntaskan. Di antara sesi dua dan tiga, terdapat jam istirahat untuk makan siang dan ibadah sholat dhuhur bagi yang beragama islam.

Hari itu aku ada jadwal kuliah di sesi kedua. Kuliahku pada hari itu hanya selama 2 jam pelajaran dan selesai di pukul 12 siang. Selesai kuliah, aku bergegas untuk pergi ke masjid untuk ikut jamaah sholat dhuhur. Masjid yang aku datangi adalah masjid kampus yang terletak di bagian depan, sebelah pintu masuk kampusku. Setelah melepas alas kaki, aku berwudhu, dan sholat dhuhur berjamaah hingga selesai.

“Kenapa kamu mengajak bersalaman?” tanya kakak tingkat setelah kuulurkan tangan untuk bersalaman setelah selesai sholat.

Aku terdiam dan bingung dengan pertanyaan kakak tingkat sebelahku ini. Di kampungku, bersalam-salaman sesama jamaah selesai sholat adalah hal yang selalu dilakukan. Aku yang sekedar mengikuti kebiaasan di kampung, tidak mampu menjawab pertanyaan yang dilontarkan kakak itu.

“Rasulullah dan sahabat-sahabatnya apakah pernah mengajarkan hal seperti ini?” Lanjutnya setelah mungkin melihatku bingung menjawab pertanyaan sebelumnya.

“Enggak tahu kak” Jawabku.

“Oke, habis ini kita ngobrol di depan masjid ya. Nanti aku jelasin sesuatu” Sambung kakak tingkat itu.

Kami kembali berdzikir setelah sholat. Kemudian, Aku baru saja menyadari sesuatu, setiap aku sholat berjamaah di masjid-masjid Jakarta, jarang sekali melihat orang-orang bersalaman sesai sholat berjamaah. Sesuatu yang selalu terjadi selama aku hidup di kampung halaman, tidak kutemukan di Jakarta. Menarik, aku menjadi penasaran apakah semua hal yang biasa dilakukan di Jawa, itu sebenarnya tidak ada dasar hukum atau bisa dikatakan, tidak dilakukan pun tidak apa. Kita hanya ikut-ikutan dan tidak tahu ketika ditanya mengapa kita melakukan hal tersebut.

Selesai ibadah, Aku keluar dari masjid dan duduk bersama kakak tingkat yang ingin menjelaskan sesuatu kepadaku tadi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Perjalanan Rinjani via Sembalun Part 2

Senin, 18 Oktober 2021 Pagi hari kami segera untuk mandi dan packing perlengkapan yang sudah kami pinjam. Datanglah ibunya Wisnu membawakan 2 nasi bungkus beserta teh manis hangat, alhamdulillah. Cuaca pagi itu cerah, secerah semangat kami memulai pendakian. Pukul 08.30 WITA kami bergegas menuju kantor TNGR untuk registrasi. Tak lupa kami berpamitan kepada keluarga Wisnu dan menitipkan beberapa barang yang kami tidak bawa ke pendakian. Kami juga mampir ke sebuah warung makan untuk membeli nasi bungkus sebagai makan siang ketika perjalanan menuju Plawangan Sembalun. Target kami hari ini adalah mencapai Plawangan Sembalun sebelum matahari terbenam . Pintu Masuk Taman Nasional Gunung Rinjani Setelah mengurus simaksi dengan memperlihatkan  barcode pada aplikasi eRinjani, kami diberi briefing singkat. Masih ingat dengan keterlambatan kami karena delay pesawat kemarin? Nah, ternyata kami juga diizinkan untuk menambah durasi pendakian kami yang tadinya hanya 2 hari 1 malam, menjadi 3 hari 2

Catatan Perjalanan Rinjani via Sembalun Part 1

Sudah lama kami berencana untuk mendaki gunung Rinjani yang terletak di pulau Lombok. Setelah mengamati kalender dan memperhitungkan kesibukan kerja, Kami putuskan untuk mendaki Rinjani pada hari Minggu-Senin tanggal 17-18 Oktober 2021. Rencananya, Kami hanya akan mengejar puncak Rinjani via Sembalun tanpa turun ke Danau Segara Anak, pun turun dari Rinjani via Sembalun. Kami mengurus Simaksi (Surat Izin Masuk Kawasan Konvervasi) Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) melalui aplikasi android eRinjani secara online pada tanggal 3 September 2021. Sebagai informasi, selama pandemi COVID-19, kuota pendaki TNGR di setiap jalurnya hanya sejumlah 60 orang saja. Untuk informasi selengkapnya tentang TNGR bisa dilihat di website resmi TNGR . Jumat, 15 Oktober 2021 Kami pergi ke Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura Ambon untuk melakukan tes PCR sebagai syarat perjalanan menggunakan pesawat terbang. Kami tes pada pagi hari dan hasilnya dapat kami ambil di malam harinya. Hasil tes PCR langsung

Gunung Hutan

Suatu waktu aku pernah ditanya mengenai lebih seru mana antara menyelam di laut atau mendaki gunung. Waktu itu aku sempat memikirkan mana yang lebih aku sukai sehingga pertanyaan dari temanku tadi bisa kujawab dengan tegas. Pada akhirnya aku tidak bisa memilih salah satu dari mereka karena dua-duanya seru dan aku sukai. Secara umum, mendaki gunung adalah kegiatan olahraga di alam terbuka yang membutuhkan waktu lebih dari sehari bahkan ada yang lebih dari seminggu. Karena membutuhkan waktu yang lama, maka ada banyak hal yang harus dipersiapkan sebelum kita mulai mendaki, baik persiapan fisik, mental, maupun pengetahuan yang harus kita pahami selama beraktivitas di alam terbuka. Selama berada di alam terbuka kita juga harus menaati peraturan yang diberikan oleh pengurus Taman Nasional terkait. Ada beberapa peraturan umum yang seperti dilarang membuang sampah sembarangan dan juga terkadang ada peraturan khusus seperti di gunung Lawu yang melarang pendaki memakai atribut berwarna hijau s