Aku adalah anak tunggal yang hidup di keluarga sederhana. Ayahku
bekerja sebagai satpam sekolah, dan ibuku bekerja sebagai pembantu rumah tangga.
Walaupun begitu, semua keinginanku selalu bisa dipenuhi oleh kedua orang tuaku.
Aku tidak pernah kecewa atas kasih sayang yang mereka lakukan kepadaku. Aku
tidak mengingat hal apa yang tidak mampu dipenuhi oleh orang tuaku, hingga
suatu saat aku teringat ada satu hal yang pernah mengecewakanku di saat aku kecil.
Aku bertempat tinggal di lingkungan masyarakat yang rukun
dan gotong royong di salah satu kota kecil di Jawa Timur, Blitar. Warga kampungku
kerap mengadakan syukuran ketika mereka mengadakan hajat misalnya nikahan,
khitanan, ulang tahun, atau doa-doa ketika terkena musibah seperti kematian.
Selain itu, ada juga acara doa rutinan yang dilakukan setiap minggu yakni
membaca Al-Quran dan tahlil.
Suatu malam, ada tetanggaku yang mengadakan acara doa
bersama. Aku lupa acara tersebut diadakan dalam rangka apa. Aku masih terlalu
kecil untuk mengingatnya, usiaku saat itu sekitar 4 tahun. Seusai acara, ayahku
membawa pulang bingkisan berupa kotak berisi jajan-jananan pasar. Aku membukanya
dan menemukan roti gulung yang berisi selai stroberi favoritku. Aku ambil roti
gulung itu dan memakannya sambil menonton tv di ruang tamu. Aku buka gulungan
roti itu, kemudian ku ambil selai di dalamnya dan kutaruh di atas kertas kue di
atas meja. Aku menyisakan selai itu untuk aku makan setelah memakan roti
terlebih dulu, save the best for the last. Ibuku yang datang dari dapur juga
ikut melihat isi kotak jajan itu dan ikut menikmati jajanan tadi. Ibuku
bertanya kepadaku kenapa selainya tidak dimakan dan ditaruh di meja. Aku yang
asyik menonton tv, menghiraukan pertanyaan ibuku. Ibuku juga berkata kalau selainya
tidak dimakan dan takut mengundang semut, maka ibu yang makan saja. Lagi-lagi
aku tdak fokus kepada kalimat ibu, dan tidak menjawabnya. Melihat aku yang
tidak menjawab, ibu mengambil selai stroberi favoritku dan memakannya.
Komentar
Posting Komentar