Langsung ke konten utama

Jakarta Punya Cerita Bagian 3

 


Di teras masjid kami berbincang. Kakak tingkat tadi bertanya kepadaku hal-hal yang mendasar, saking mendasarnya sampai aku tidak mampu menJawabnya. Contoh pertanyaan yang disampaikan seperti mengapa setelah sholat jamaah kita berjabat tangan, mengapa setiap ada orang meninggal diadakan tahlilan tujuh hari, empat puluh hari, seratus, seribu dan lain sebagainya. Pertanyaan-pertanyaan yang selama ini aku tidak pernah memikirkannya sama sekali karena ya sudah aku alami begitu saja ketika di kampung halaman.

Kakak tingkatku menjelaskan beberapa hal tentang cara kita beribadah. Intinya, setiap perbuatan ibadah harus disertai dalil dan contoh dari Rasulullah. Apa-apa yang tidak dicontohkan, sebaiknya tidak usah dilakukan. Takutnya, kita tergolong orang-orang yang terjerumus perkara bid’ah, dan bid’ah tempatnya di neraka. Kakak tadi juga mengajakku untuk belajar lebih jauh dengan mendatangi kajian-kajian di hari tertentu di masjid kampus.

Sebenarnya, aku sudah beberapa kali mendengar cerita bahwa ibadah orang islam di luar Jawa berbeda dengan orang Jawa. Penyebaran ajaran agama islam di pulau Jawa memang melalui jalan akulturasi budaya. Yaitu dengan menggunakan ritual-ritual yang dilakukan oleh masyarakat hindu budha, tetapi dengan doa-doa ajaran islam. Cara ini sangat ampuh dibawakan oleh Wali Songo untuk menyebarluaskan agama islam di tanah Jawa. Sehingga, banyak di antara ibadah-ibadah agama islam masyarakat Jawa, tidak dilakukan oleh masyarakat islam di luar pulau Jawa.

Singkat cerita, aku mengikuti kajian-kajian yang disarankan oleh kakak tingkatku. Ternyata, selain bersalaman seusai sholat berjamaah, ada banyak sekali hal-hal yang diajarkan dan semuanya berbeda dengan apa yang aku alami selama ini. Aku jadi sering mencari kajian-kajian yang “serupa” di media sosial seperti YouTube, Instagram. Aku merasa ilmu-ilmu baru ini tidak pernah aku dengar selama aku mengaji di kampung, atau ada di pelajaran agama islam di sekolah.

Hal positif yang bisa aku ambil dari perbincanganku dengan kakak tingkat waktu itu, aku merasa banyak hal yang aku belum ketahui tentang agama ini. Aku beribadah hanya ikut-ikutan apa yang dilakukan oleh orang-orang disekitarku, tanpa belajar mengapa dan bagaimana beribadah yang seharusnya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Perjalanan Rinjani via Sembalun Part 2

Senin, 18 Oktober 2021 Pagi hari kami segera untuk mandi dan packing perlengkapan yang sudah kami pinjam. Datanglah ibunya Wisnu membawakan 2 nasi bungkus beserta teh manis hangat, alhamdulillah. Cuaca pagi itu cerah, secerah semangat kami memulai pendakian. Pukul 08.30 WITA kami bergegas menuju kantor TNGR untuk registrasi. Tak lupa kami berpamitan kepada keluarga Wisnu dan menitipkan beberapa barang yang kami tidak bawa ke pendakian. Kami juga mampir ke sebuah warung makan untuk membeli nasi bungkus sebagai makan siang ketika perjalanan menuju Plawangan Sembalun. Target kami hari ini adalah mencapai Plawangan Sembalun sebelum matahari terbenam . Pintu Masuk Taman Nasional Gunung Rinjani Setelah mengurus simaksi dengan memperlihatkan  barcode pada aplikasi eRinjani, kami diberi briefing singkat. Masih ingat dengan keterlambatan kami karena delay pesawat kemarin? Nah, ternyata kami juga diizinkan untuk menambah durasi pendakian kami yang tadinya hanya 2 hari 1 malam, menjadi 3 hari 2

Catatan Perjalanan Rinjani via Sembalun Part 1

Sudah lama kami berencana untuk mendaki gunung Rinjani yang terletak di pulau Lombok. Setelah mengamati kalender dan memperhitungkan kesibukan kerja, Kami putuskan untuk mendaki Rinjani pada hari Minggu-Senin tanggal 17-18 Oktober 2021. Rencananya, Kami hanya akan mengejar puncak Rinjani via Sembalun tanpa turun ke Danau Segara Anak, pun turun dari Rinjani via Sembalun. Kami mengurus Simaksi (Surat Izin Masuk Kawasan Konvervasi) Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) melalui aplikasi android eRinjani secara online pada tanggal 3 September 2021. Sebagai informasi, selama pandemi COVID-19, kuota pendaki TNGR di setiap jalurnya hanya sejumlah 60 orang saja. Untuk informasi selengkapnya tentang TNGR bisa dilihat di website resmi TNGR . Jumat, 15 Oktober 2021 Kami pergi ke Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura Ambon untuk melakukan tes PCR sebagai syarat perjalanan menggunakan pesawat terbang. Kami tes pada pagi hari dan hasilnya dapat kami ambil di malam harinya. Hasil tes PCR langsung

Gunung Hutan

Suatu waktu aku pernah ditanya mengenai lebih seru mana antara menyelam di laut atau mendaki gunung. Waktu itu aku sempat memikirkan mana yang lebih aku sukai sehingga pertanyaan dari temanku tadi bisa kujawab dengan tegas. Pada akhirnya aku tidak bisa memilih salah satu dari mereka karena dua-duanya seru dan aku sukai. Secara umum, mendaki gunung adalah kegiatan olahraga di alam terbuka yang membutuhkan waktu lebih dari sehari bahkan ada yang lebih dari seminggu. Karena membutuhkan waktu yang lama, maka ada banyak hal yang harus dipersiapkan sebelum kita mulai mendaki, baik persiapan fisik, mental, maupun pengetahuan yang harus kita pahami selama beraktivitas di alam terbuka. Selama berada di alam terbuka kita juga harus menaati peraturan yang diberikan oleh pengurus Taman Nasional terkait. Ada beberapa peraturan umum yang seperti dilarang membuang sampah sembarangan dan juga terkadang ada peraturan khusus seperti di gunung Lawu yang melarang pendaki memakai atribut berwarna hijau s