Sejak kecil, Aku tinggal dan besar di lingkungan mayoritas berwarga
Nadhatul Ulama atau NU. Kecuali ayahku, dia adalah pengikut Muhammadiyah. Kami
sekeluarga tinggal dengan masyarakat NU yang memiliki kebiasaan-kebiasaan
seperti tahlilan, yasinan dan lain sebagainya. Seperti kita tahu, kadang-kadang
hari raya Idul Fitri antara Muhammadiyah dan Pemerintah memiliki perbedaan.
Jadi, pernah ada saat ketika satu kampung masih berpuasa, sedangkan kami berangkat
sholat Idul Fitri. Walaupun begitu, ayahku tetap ikut acara tahlilan atau
yasinan yang biasanya diadakan rutin seminggu sekali. Kata ayahku, selain
menjaga kerukunan, selama masih mengaji Al Qur’an, beliau tidak terlalu
mengambil pusing untuk mendebatkannya.
Di Jakarta, terdapat kajian-kajian yang mirip dengan apa
yang diajarkan di kampung halamanku. Jama’ah kajian ini adalah mayoritas juga warga
NU. Kajian-kajian yang aku ikuti atas saran kakak tingkatku, seratus delapan
puluh derajat berbeda dengan kajian yang ada di masjid NU. Sering aku temui
pendapat-pendapat ustad di masing-masing kelompok saling beradu argumen untuk
membenarkan apa yang dia ajarkan. Dalam bahasa yang sederhana, jamaah NU ini
adalah golongan yang fleksibel, sedangkan jamaah satunya adalah yang penuh
kehati-hatian.
Alhamdulillah aku memiliki lingkaran pertemanan yang
memiliki kedewasaan dan ilmu agama yang baik. Lingkaran ini menjagaku dari
keberpihakan ke salah satu sisi dan ekstrem. Kita selaku umat muslim wajib
mengetahui ilmu agama kita sehingga kita bisa memaknai agama ini bukan sekedar
ikut-ikutan saja. Kita harus belajar mengenai bagaimana tata cara beribadah
yang sesuai dan diajarkan oleh Rasulullah. Di lain sisi, kita harus menjadi
orang yang rendah hati dan tidak sombong. Ketika apa yang kita lakukan adalah
yang kita yakini benar, bukan berarti perbedaan yang dilakukan orang lain sepenuhnya
salah. Kita tidak boleh terlalu santai, juga tidak boleh terlalu “keras” dalam mempelajari
dan mengamalkan ilmu agama ini ke dalam bentuk ibadah. Semoga kita adalah
orang-orang yang tetap merasa bodoh sehingga kita akan terus belajar dan tidak
merasa tinggi ketika berhadapan dengan orang lain.
Komentar
Posting Komentar