Langsung ke konten utama

Tempat Berkeluh Kesah

 


Beberapa waktu lalu, adik-adik tingatku mengeluh terhadap ketidakjelasan keputusan terhadap masa depan mereka. Saat itu, mereka menunggu kepastian kapan mereka akan diangkat dan dipekerjakan menjadi abdi negara. Latar belakang mayoritas dari mereka adalah alasan ekonomi. Pandemi ini berdampak parah terhadap keadaan ekonomi masyarakat, termasuk keluarga mereka. Mereka yang sudah berharap bisa membantu ekonomi keluarga dengan bekerja, malah digantung tanpa kejelasan.

Di waktu yang hampir bersamaan, aku dan teman-temanku yang tahun lalu sudah diangkat menjadi ASN, juga mengeluh. Bedanya, kami mengeluh terhadap pekerjaan yang harus diselesaikan terlalu banyak jumlahnya. Selain itu, beberapa pekerjaan tersebut telah mendekati batas terakhir pekerjaan itu harus selesai. Sehingga kami banyak menghabiskan waktu yang seharusnya bisa digunakan untuk hal-hal lain. Work-life balance yang ideal, itu semua hanya khayalan belaka.

Ah, andai saja aku dan teman-temanku melihat keadaan adik-adik tingkatku yang masih tidak jelas statusnya, maka kami pasti bersyukur dengan pekerjaan yang menyita waktu dan kesulitan ini. Andai saja kami melihat masyarakat yang jatuh miskin dan menderita hidupnya karena pandemi, maka kami pasti bersyukur karena tiap bulan gaji kami tidaklah berkurang. Andai juga adik-adik kami melihat teman seumurannya yang tidak tau setelah lulus mau bekerja dimana, maka mereka pasti akan bersyukur karena sudah pasti akan diangkat menjadi ASN walaupun entah kapan.

Akan selalu ada alasan untuk tetap bersyukur. Posisi atau keadaan yang kita keluhkan saat ini, bisa jadi adalah keadaan yang dimimpikan oleh orang lain. Mengeluh adalah pilihan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Perjalanan Rinjani via Sembalun Part 2

Senin, 18 Oktober 2021 Pagi hari kami segera untuk mandi dan packing perlengkapan yang sudah kami pinjam. Datanglah ibunya Wisnu membawakan 2 nasi bungkus beserta teh manis hangat, alhamdulillah. Cuaca pagi itu cerah, secerah semangat kami memulai pendakian. Pukul 08.30 WITA kami bergegas menuju kantor TNGR untuk registrasi. Tak lupa kami berpamitan kepada keluarga Wisnu dan menitipkan beberapa barang yang kami tidak bawa ke pendakian. Kami juga mampir ke sebuah warung makan untuk membeli nasi bungkus sebagai makan siang ketika perjalanan menuju Plawangan Sembalun. Target kami hari ini adalah mencapai Plawangan Sembalun sebelum matahari terbenam . Pintu Masuk Taman Nasional Gunung Rinjani Setelah mengurus simaksi dengan memperlihatkan  barcode pada aplikasi eRinjani, kami diberi briefing singkat. Masih ingat dengan keterlambatan kami karena delay pesawat kemarin? Nah, ternyata kami juga diizinkan untuk menambah durasi pendakian kami yang tadinya hanya 2 hari 1 malam, menjadi 3 hari 2

Catatan Perjalanan Rinjani via Sembalun Part 1

Sudah lama kami berencana untuk mendaki gunung Rinjani yang terletak di pulau Lombok. Setelah mengamati kalender dan memperhitungkan kesibukan kerja, Kami putuskan untuk mendaki Rinjani pada hari Minggu-Senin tanggal 17-18 Oktober 2021. Rencananya, Kami hanya akan mengejar puncak Rinjani via Sembalun tanpa turun ke Danau Segara Anak, pun turun dari Rinjani via Sembalun. Kami mengurus Simaksi (Surat Izin Masuk Kawasan Konvervasi) Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) melalui aplikasi android eRinjani secara online pada tanggal 3 September 2021. Sebagai informasi, selama pandemi COVID-19, kuota pendaki TNGR di setiap jalurnya hanya sejumlah 60 orang saja. Untuk informasi selengkapnya tentang TNGR bisa dilihat di website resmi TNGR . Jumat, 15 Oktober 2021 Kami pergi ke Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura Ambon untuk melakukan tes PCR sebagai syarat perjalanan menggunakan pesawat terbang. Kami tes pada pagi hari dan hasilnya dapat kami ambil di malam harinya. Hasil tes PCR langsung

Gunung Hutan

Suatu waktu aku pernah ditanya mengenai lebih seru mana antara menyelam di laut atau mendaki gunung. Waktu itu aku sempat memikirkan mana yang lebih aku sukai sehingga pertanyaan dari temanku tadi bisa kujawab dengan tegas. Pada akhirnya aku tidak bisa memilih salah satu dari mereka karena dua-duanya seru dan aku sukai. Secara umum, mendaki gunung adalah kegiatan olahraga di alam terbuka yang membutuhkan waktu lebih dari sehari bahkan ada yang lebih dari seminggu. Karena membutuhkan waktu yang lama, maka ada banyak hal yang harus dipersiapkan sebelum kita mulai mendaki, baik persiapan fisik, mental, maupun pengetahuan yang harus kita pahami selama beraktivitas di alam terbuka. Selama berada di alam terbuka kita juga harus menaati peraturan yang diberikan oleh pengurus Taman Nasional terkait. Ada beberapa peraturan umum yang seperti dilarang membuang sampah sembarangan dan juga terkadang ada peraturan khusus seperti di gunung Lawu yang melarang pendaki memakai atribut berwarna hijau s