Langsung ke konten utama

Gunung Hutan

Suatu waktu aku pernah ditanya mengenai lebih seru mana antara menyelam di laut atau mendaki gunung. Waktu itu aku sempat memikirkan mana yang lebih aku sukai sehingga pertanyaan dari temanku tadi bisa kujawab dengan tegas. Pada akhirnya aku tidak bisa memilih salah satu dari mereka karena dua-duanya seru dan aku sukai.

Secara umum, mendaki gunung adalah kegiatan olahraga di alam terbuka yang membutuhkan waktu lebih dari sehari bahkan ada yang lebih dari seminggu. Karena membutuhkan waktu yang lama, maka ada banyak hal yang harus dipersiapkan sebelum kita mulai mendaki, baik persiapan fisik, mental, maupun pengetahuan yang harus kita pahami selama beraktivitas di alam terbuka. Selama berada di alam terbuka kita juga harus menaati peraturan yang diberikan oleh pengurus Taman Nasional terkait. Ada beberapa peraturan umum yang seperti dilarang membuang sampah sembarangan dan juga terkadang ada peraturan khusus seperti di gunung Lawu yang melarang pendaki memakai atribut berwarna hijau selama berada di gunung. Menurutku, daripada mempertanyakan kenapa ada aturan seperti itu, lebih baik kita terima apa adanya toh juga bukan peraturan yang memberatkan pendaki.

Mendaki gunung adalah sebuah perjalanan yang luar biasa. Kita akan disuguhkan pemandangan yang mungkin selama ini hanya bisa dilihat di layar kaca. Perjalanan biasanya dimulai dengan menyusuri perkebunan warga, kemudian masuk ke dalam hutan, hingga menuju puncak gunung. Pada beberapa gunung terdapat padang savana yang luas seperti gunung Lawu, gunung Semeru, gunung Gede, gunung Sumbing. Selain itu, ada juga gunung-gunung yang memiliki danau seperti gunung Semeru dan gunung Salak. Selain pemandangan yang menyejukkan mata, paru-paru kita akan leluasa bernafas dengan udara yang segar tidak seperti udara di perkotaan.

Mendaki gunung juga membuat keakraban kita dengan orang lain akan semakin dekat. Selama berhari-hari di hutan, kita tidak dapat mengakses jaringan komunikasi apapun. Keterbatasan itu justru akan membuat kita mau tidak mau harus bersosialisasi secara langsung dengan sesama rekan tim pendakian. Selain itu, perjalanan yang melelahkan akan secara tidak langsung akan membuat seseorang menunjukkan kepribadian aslinya. Mungkin yang selama ini kita kenal keras, bisa jadi adalah orang yang ringan tangan. Sebaliknya mungkin yang selama ini kita kenal ramah, bisa jadi adalah orang egois yang tidak peduli keadaan temannya. Kalau kamu ingin mengenal lebih jauh sifat asli temanmu, ajaklah dia naik gunung.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Perjalanan Rinjani via Sembalun Part 2

Senin, 18 Oktober 2021 Pagi hari kami segera untuk mandi dan packing perlengkapan yang sudah kami pinjam. Datanglah ibunya Wisnu membawakan 2 nasi bungkus beserta teh manis hangat, alhamdulillah. Cuaca pagi itu cerah, secerah semangat kami memulai pendakian. Pukul 08.30 WITA kami bergegas menuju kantor TNGR untuk registrasi. Tak lupa kami berpamitan kepada keluarga Wisnu dan menitipkan beberapa barang yang kami tidak bawa ke pendakian. Kami juga mampir ke sebuah warung makan untuk membeli nasi bungkus sebagai makan siang ketika perjalanan menuju Plawangan Sembalun. Target kami hari ini adalah mencapai Plawangan Sembalun sebelum matahari terbenam . Pintu Masuk Taman Nasional Gunung Rinjani Setelah mengurus simaksi dengan memperlihatkan  barcode pada aplikasi eRinjani, kami diberi briefing singkat. Masih ingat dengan keterlambatan kami karena delay pesawat kemarin? Nah, ternyata kami juga diizinkan untuk menambah durasi pendakian kami yang tadinya hanya 2 hari 1 malam, menjadi 3 hari 2

Catatan Perjalanan Rinjani via Sembalun Part 1

Sudah lama kami berencana untuk mendaki gunung Rinjani yang terletak di pulau Lombok. Setelah mengamati kalender dan memperhitungkan kesibukan kerja, Kami putuskan untuk mendaki Rinjani pada hari Minggu-Senin tanggal 17-18 Oktober 2021. Rencananya, Kami hanya akan mengejar puncak Rinjani via Sembalun tanpa turun ke Danau Segara Anak, pun turun dari Rinjani via Sembalun. Kami mengurus Simaksi (Surat Izin Masuk Kawasan Konvervasi) Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) melalui aplikasi android eRinjani secara online pada tanggal 3 September 2021. Sebagai informasi, selama pandemi COVID-19, kuota pendaki TNGR di setiap jalurnya hanya sejumlah 60 orang saja. Untuk informasi selengkapnya tentang TNGR bisa dilihat di website resmi TNGR . Jumat, 15 Oktober 2021 Kami pergi ke Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura Ambon untuk melakukan tes PCR sebagai syarat perjalanan menggunakan pesawat terbang. Kami tes pada pagi hari dan hasilnya dapat kami ambil di malam harinya. Hasil tes PCR langsung