Pernah gak sih kalian mengerjakan sesuatu yang sebenarnya sangat melelahkan tapi kalian tetap semangat melakukannya? Contoh simpelnya adalah mendaki gunung. Saya sangat suka melakukan perjalanan mendaki gunung. Berada di dalam hutan 2-3 hari tanpa sinyal, makanan terbatas, kegelapan, kedinginan, cuaca yang tidak menentu, bagi saya semua hal itu tidak ada apa-apanya dibandingkan kesenangan yang saya peroleh. Sebagai manusia yang punya keterbatasan berupa rasa lelah, saya juga merasakan capek yang luar biasa ketika mendaki ke puncak gunung, lalu turun lagi kaki gunung. Apalagi kalau letak gunung tersebut jauh dari wilayah domisili, sehingga masih perlu merasakan lelahnya naik kendaraan untuk menuju tempat gunung tersebut berada.
Tapi mau secapek apapun perjalanan mendaki gunung, akan selalu ada perasaan rindu dan keinginan untuk kembali ke gunung.
Saya yakin hampir semua pendaki atau bahkan orang yang baru sekali melakukan pendakian dapat mengerti akan hal ini.
Saya merasa mendaki gunung adalah passion saya. Beberapa waktu berlalu, saya baru memahami bahwa mendaki gunung hanya sebatas hobi saja. Menurut literasi yang saya baca, hobi adalah sesuatu yang kita lakukan untuk mengisi waktu luang. Sedangkan passion adalah sesuatu yang kita kerjakan dengan sungguh-sungguh. Lantas, apakah saya mendaki gunung dengan tidak bersungguh-sungguh? Tidak juga. Saya pernah tergabung ke dalam komunitas pencinta alam yang mengajarkan apa-apa yang harus kita lakukan saat mendaki gunung, dan semua itu saya lakukan dengan sungguh-sungguh. Namun tetap saja saya meyakini bahwa mendaki gunung adalah sebuah hobi saja, setidaknya untuk beberapa tahun kemudian.
Puncak Gunung Salak, Jawa Barat. 2016 |
Beberapa waktu lalu, istri saya mengajak untuk menemukan ikigai saya. Katanya, dengan mengetahui apa ikigai saya, akan lebih mudah bagi saya untuk mengerti tujuan kita menjalani kehidupan ini. Padahal, tujuan kita hidup di dunia ini tidak lain dan tidak bukan untuk beribadah kan ya? Ketik "1" di kolom komentar untuk yang satu server dengan saya haha.
Istri saya lanjut menjelaskan bagaimana konsep ikigai, dan ternyata menarik. Jadi, ikigai adalah filosofi prinsip yang membantu hidup lebih bermakna, bermanfaat, serta seimbang guna meraih makna dan kebahagiaan sejati dalam hidup. Bagaimana caranya menemukan ikigai kita?
Pertama, kita harus bisa menjelaskan diri kita terlebih dahulu. Coba tanyakan pada diri kita mengenai 4 poin di bawah ini.
- What you love
- What you are good at
- What you can be paid for
- What the world needs
Agar lebih mudah dipahami, keempat poin di tulis atau bisa digambarkan ke dalam diagram di bawah ini.
Diagram Ikigai |
Apabila ada irisan antara poin 'what you love' dan poin 'what you are good at' maka hal tersebut bisa diartikan sebagai passion. Misalnya saya suka berenang dan saya merasa cukup mahir dalam berenang, maka berenang bisa diartikan adalah passion saya. Passion adalah hal yang sebenar-benarnya ingin kita lakukan dan passion tidak terbatas dalam satu hal saja.
Irisan antara poin 'what you are good at' dan poin 'what you can be paid for' disebut dengan profession. Misalnya saya bekerja di perusahaan ekspedisi sebagai kurir dan saya memiliki skill yang mumpuni di bidang tersebut seperti keahlian membaca peta digital. Maka, bisa diartikan menjadi seorang kurir adalah profession saya. Saya memiliki skill yang dibutuhkan seorang kurir dan saya dapat menghasilkan uang dari pekerjaan tersebut.
Apabila ada irisan antara poin 'what you love' dan poin 'what the world needs', maka hal itu disebut dengan mission. Misalnya, saya suka mendaki gunung sekaligus mengkampanyekan 'bawa turun sampahmu' atau sekaligus mengerjakan program menanam 1000 pohon. Di sisi lain, daerah pegunungan semakian gundul dan memerlukan reboisasi supaya tetap asri dan menjaga keseimbangan ekosistem sekitar. Sehingga, mendaki gunung bisa diartikan menjadi mission saya, sesuatu hal yang kita sukai sekaligus memiliki manfaat.
Dan yang terakhir, apabila ada irisan antara poin 'what you paid for' dan poin 'what the world needs', maka hal itu disebut dengan vocation. Misalnya saya bekerja di sektor layanan publik, yang mana masyarakat juga membutuhkan layanan kita. Nah, pekerjaan saya tersebut bisa diartikan sebagai vocation saya, sesuatu yang menghasilkan pendapatan dan memiliki manfaat secara luas.
Lalu dimana letak Ikigai?
Sesuai dengan diagram diatas, maka hal yang beririsan di keempat poin tersebut adalah ikigai kita. Jujur, saya butuh waktu yang cukup lama untuk memikirkan apa yang menjadi ikigai saya. Sesuatu yang saya suka lakukan, yang saya punya skill di bidang itu, yang bisa menghasilkan uang karena mengerjakan itu, dan yang kiranya dunia atau masyarakat juga butuhkan.
Lubang Buaya, Morela, Ambon |
Dan ikigai saya adalah fotografer/videografer.
Saya mempunyai banyak hobi seperti berenang, mendaki gunung, traveling dan salah satunya adalah mendokumentasikan sesuatu ke dalam bentuk foto atau video. Saya juga merasa cukup mahir dalam mengoperasikan kamera, sekaligus mengerti bagaimana menggunakan software editing foto atau video. Tupoksi di tempat saya bekerja juga membutuhkan seorang fotografer/videografer. Bahkan saya menerima beberapa job foto di luar kesibukan pekerjaan utama saya. Jasa fotografi/videografi dibutuhkan masyarakat luas seperti ketika acara pernikahan, wisuda, promosi, dan lain-lain. Atau tidak usah jauh-jauh, ketika pergi ke suatu tempat wisata, kita pasti menemukan beberapa orang meminta tolong untuk kita bantu ambil fotonya sembari mereka berpose ria dengan pemandangan sekitar. Dunia membutuhkan kehadiran seorang fotografer.
"Hahaha dasar wibu". Begitulah respon adik sepupu saya ketika bertanya tentang nama yang saya pakai sebagai branding jasa fotografi saya.
Lalu bagaimana denganmu?
Sudah menemukan hal yang bermakna dan membahagiakan?
Komentar
Posting Komentar