Seseorang pernah berkata padaku bahwa aku adalah orang yang
beruntung. Tumbuh besar dan berkembang di keluarga penuh kasih sayang, memiliki
ayah yang bertanggung jawab dan seorang ibu yang penuh kasih sayang. Sampai saat
ini aku belum pernah mendapatkan kedua tangan orang tuaku menyakitiku, tidak
seperti anak orang lain yang pernah dicubit, dijewer, bahkan dipukul. Sampai
saat ini aku belum pernah merasa dibentak oleh kedua orang tuaku, tidak seperti
anak orang lain yang kena marah ketika berbuat kesalahan.
Seseorang pernah berkata padaku bahwa aku adalah orang yang
beruntung. Segala keinginan dan kebutuhan selalu bisa dipenuhi oleh kedua orang
tuaku. Ingin sepeda, ingin bola basket, ingin pesta perayaan ulang tahunku, ingin
laptop, semuanya mampu dipenuhi. Orang tuaku tidak pernah perhitungan untuk mewujudkan
apapun keinginanku. Aku tidak dipaksa harus menjadi apa di masa depan nanti. Aku
tidak pernah dipersulit untuk izin kemanapun aku pergi, pesan ayahku hanya
jangan mencuri dan berkelahi.
Seseorang pernah berkata padaku bahwa aku adalah orang yang
beruntung. Aku bisa menjadi siswa di sekolah-sekolah terfavorit di kotaku. Ujian
nasional matematika saat SD kuraih dengan nilai sempurna. Aku mampu masuk ke
dalam kelas bilingual di SMP terbaik. Aku mewakili kotaku dalam ajang olimpiade
sains nasional bidang komputer di provinsi saat SMA. Aku tidak peduli nilai ujian
nasionalku karena sudah diterima di perguruan tinggi kedinasan. Biaya kuliahku
gratis, hidup di kota metropolitan, berkesempatan menginjakan kaki di tanah
sumatera untuk praktik lapangan, dan akhirnya lulus menjadi sarjana yang
dibanggakan keluarga.
Seseorang pernah berkata padaku bahwa aku adalah orang yang
beruntung. Tapi dia mungkin tidak tahu kalau waktu kecil aku tinggal di rumah
bambu yang reyot dimakan rayap, yang dingin diterpa angin, dan yang basah
ketika hujan. Dia mungkin tidak tahu ayahku hanya seorang penarik becak yang sangat
kecil pendapatannya dibandingkan tenaga yang dikeluarkan. Dia mungkin tidak
tahu kalau ibuku buta huruf dan seorang pembantu rumah tangga. Dia mungkin
tidak tahu suatu hari aku pernah menangis karena hanya makan dengan nasi
berlauk sambal bawang. Dia mungkin tidak tahu semua usahaku untuk belajar di
tengah kekurangan-kekurangan itu. Dia mungkin tidak tahu perjuangan orang tuaku
yang penuh peluh dan air mata membesarkanku.
Mungkin memang aku orang yang beruntung. Ibuku pernah bercerita
kalau aku membawa berkah ke dalam keluarga ini. Semua kebutuhan yang diperlukan
dapat dipenuhi dengan rezeki yang dari segala arah datang tiba-tiba. Mungkin
memang aku orang yang beruntung. Kedua orangtuaku bukan orang yang
berpendidikan tinggi namun bisa mendidik dan menyekolahkanku hingga menjadi seseorang
yang bisa dibanggakan.
Aku berterima kasih kepada orang itu karena telah
menyadarkanku bahwa aku memang bukanlah siapa-siapa tanpa keberuntungan. Aku
mahkluk yang lemah dan sombong yang enggan mengakui keberuntungan yang aku
dapatkan dari doa-doa ibuku setiap sholat, setiap malam menjelang tidur. Aku
mahkluk yang lemah dan sombong yang enggan mengakui keberuntungan yang aku
dapatkan dari Yang Maha Besar. Betapa naifnya aku merasa bisa meraih semua hal hanya
berbekal usaha dan harta.
Semoga kita dapat menjadi orang yang pandai bersyukur dan rendah
hati. Semoga pula kita menjadi anak yang berbakti dan menjadi investasi orang
tua di akhirat kelak nanti.
#30DWC #30DWCJilid29 #Day4 #Squad5
:"((( mbrebes mili mocone
BalasHapuscakep Bang
BalasHapus