Langsung ke konten utama

Jakarta Punya Cerita

 


Setelah lulus SMA, aku berhasil lolos seleksi mahasiswa baru Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS). STIS yang kini berubah nama menjadi Politeknik Statistika STIS bertempat di Jakarta Timur. Bagi orang kampung sepertiku, Jakarta adalah kota besar yang tadinya hanya bisa kutonton di televisi. Sungguh, tidak ada bayangan sama sekali aku dapat berkesempatan sekolah di kota Metropolitan ini. Keluarga, tetangga, dan teman-teman menanggapiku dengan respon yang bermacam-macam setelah mereka tahu aku bakal kuliah jauh dari rumah, kurang lebih 750 kilometer dari Blitar. Walaupun ada yang pro dan kontra, yang kutahu mereka semua seperti itu karena peduli denganku.

Ada 3 hal yang pertama menjadi keinginanku ketika aku tahu akan hidup di Jakarta. Pertama, aku ingin menonton timnas sepakbola Indonesia bermain di Gelora Bung Karno. Aku ingin berada di tengah-tengah supporter yang bersorak, bernyanyi, dan berteriak untuk mendukung kesebelasan garuda. Kedua, aku ingin ke Mall FX Sudirman untuk menonton teater JKT48. Ketiga, aku ingin bertemu dengan Maudi Ayunda. Aku suka mendengarkan lagu-lagu dari 48 Family sejak awal SMA, dan mengidolakan Maudi Ayunda setelah menonton aktingnya di film Perahu Kertas. Ya begitulah masa remaja, masa-masa mencari jati diri.

Alhamdulillah, dua dari tiga keinginanku terpenuhi. Selama di Jakarta, aku tidak berkesempatan untuk bertemu dengan Maudi Ayunda. Awal-awal waktu setelah masa orientasi kampus, aku dan beberapa temanku menonton teater JKT48 di FX Sudirman. Sedangkan menonton laga timnas Indonesia terpenuhi di tahun keempat aku hidup di Jakarta. Seperti yang aku bayangkan sebelumnya, menonton sepakbola di stadion adalah hal yang menyenangkan. Mungkin dari 2 jam aku berada di dalam stadion, aku hanya duduk beberapa menit di kursi tribun. Sisanya, aku berdiri bernyanyi-nyanyi bersama supporter lainnya.

Selain hal yang menyenangkan, ada banyak cerita di Jakarta yang akhirnya menjadikanku seseorang seperti ini, seseorang yang seratus delapan puluh derajat berbeda dengan orang di masa SMAnya. Mungkin nanti aku ceritakan beberapa diantaranya, semoga bisa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Perjalanan Rinjani via Sembalun Part 2

Senin, 18 Oktober 2021 Pagi hari kami segera untuk mandi dan packing perlengkapan yang sudah kami pinjam. Datanglah ibunya Wisnu membawakan 2 nasi bungkus beserta teh manis hangat, alhamdulillah. Cuaca pagi itu cerah, secerah semangat kami memulai pendakian. Pukul 08.30 WITA kami bergegas menuju kantor TNGR untuk registrasi. Tak lupa kami berpamitan kepada keluarga Wisnu dan menitipkan beberapa barang yang kami tidak bawa ke pendakian. Kami juga mampir ke sebuah warung makan untuk membeli nasi bungkus sebagai makan siang ketika perjalanan menuju Plawangan Sembalun. Target kami hari ini adalah mencapai Plawangan Sembalun sebelum matahari terbenam . Pintu Masuk Taman Nasional Gunung Rinjani Setelah mengurus simaksi dengan memperlihatkan  barcode pada aplikasi eRinjani, kami diberi briefing singkat. Masih ingat dengan keterlambatan kami karena delay pesawat kemarin? Nah, ternyata kami juga diizinkan untuk menambah durasi pendakian kami yang tadinya hanya 2 hari 1 malam, menjadi 3 hari 2

Catatan Perjalanan Rinjani via Sembalun Part 1

Sudah lama kami berencana untuk mendaki gunung Rinjani yang terletak di pulau Lombok. Setelah mengamati kalender dan memperhitungkan kesibukan kerja, Kami putuskan untuk mendaki Rinjani pada hari Minggu-Senin tanggal 17-18 Oktober 2021. Rencananya, Kami hanya akan mengejar puncak Rinjani via Sembalun tanpa turun ke Danau Segara Anak, pun turun dari Rinjani via Sembalun. Kami mengurus Simaksi (Surat Izin Masuk Kawasan Konvervasi) Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) melalui aplikasi android eRinjani secara online pada tanggal 3 September 2021. Sebagai informasi, selama pandemi COVID-19, kuota pendaki TNGR di setiap jalurnya hanya sejumlah 60 orang saja. Untuk informasi selengkapnya tentang TNGR bisa dilihat di website resmi TNGR . Jumat, 15 Oktober 2021 Kami pergi ke Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura Ambon untuk melakukan tes PCR sebagai syarat perjalanan menggunakan pesawat terbang. Kami tes pada pagi hari dan hasilnya dapat kami ambil di malam harinya. Hasil tes PCR langsung

Gunung Hutan

Suatu waktu aku pernah ditanya mengenai lebih seru mana antara menyelam di laut atau mendaki gunung. Waktu itu aku sempat memikirkan mana yang lebih aku sukai sehingga pertanyaan dari temanku tadi bisa kujawab dengan tegas. Pada akhirnya aku tidak bisa memilih salah satu dari mereka karena dua-duanya seru dan aku sukai. Secara umum, mendaki gunung adalah kegiatan olahraga di alam terbuka yang membutuhkan waktu lebih dari sehari bahkan ada yang lebih dari seminggu. Karena membutuhkan waktu yang lama, maka ada banyak hal yang harus dipersiapkan sebelum kita mulai mendaki, baik persiapan fisik, mental, maupun pengetahuan yang harus kita pahami selama beraktivitas di alam terbuka. Selama berada di alam terbuka kita juga harus menaati peraturan yang diberikan oleh pengurus Taman Nasional terkait. Ada beberapa peraturan umum yang seperti dilarang membuang sampah sembarangan dan juga terkadang ada peraturan khusus seperti di gunung Lawu yang melarang pendaki memakai atribut berwarna hijau s