Langsung ke konten utama

Kota Raja-Raja



“Hah? dua minggu om?” tanyaku serius.⁣ 
“Iya, ada sekitar 2 minggu Beta tidur di dalam hutan. Beta tidur hanya beralaskan kain tanpa atap bahkan seringnya tidak memakai alas sama sekali. Tidur di satu tempat, bangun-bangun sudah melorot di bawah karena kontur gunung yang lumayan miring.” Jawab Om Yopi.⁣

Om Yopi beserta warga lainnya melarikan diri dari kejaran massa. Mereka masuk ke dalam hutan dan sembunyi untuk beberapa hari setelah kampung halamannya dibakar habis tanpa sisa. Sesaat Aku membayangkan bagaimana jika Aku yang hidup di situasi seperti itu. Lebih dari 3 tahun kerusuhan di Kota Ambon berlangsung, selama itu pula mereka hidup dengan keadaan dan pikiran “Kalau Aku tidak membunuh dia sekarang, pasti nanti dia akan membunuhku”. 

Entah apa yang telah terjadi, saat ini semua warga kota hidup damai dan berdampingan satu sama lain. Betapa besar jiwa untuk memaafkan kesalahan-kesalahan yang pernah melukai bahkan merenggut seseorang yang kita sayangi. Aku sendiri mungkin tidak bisa setegar mereka yang melihat ayah, ibu, anak, atau saudaranya dibunuh di depan mata kepala sendiri. Api kebencian yang begitu kuat itu kini berhasil dihilangkan dari bumi Raja-Raja. Kota Ambon berhasil memajukan kota dan peradaban masyarakatnya.⁣ 

Konflik yang ditimbulkan akibat isu sara memang menyeramkan. Semua orang pasti akan rela mati demi keyakinan yang akan dia percayai. Aku percaya bahwa output dari setiap orang yang taat beragama adalah memiliki adab dan akhlak yang mulia. Apabila terdapat sekelompok orang yang tidak mempunyai dua hal tersebut, bisa jadi besar kemungkinannya ada yang kurang tepat dengan cara beragamanya. Tak usah menilai dan menghakimi orang lain, kita instropeksi saja diri kita sendiri.⁣
#30DWC ⁣#30DWCJilid29 #Day1 #Squad5

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Perjalanan Rinjani via Sembalun Part 2

Senin, 18 Oktober 2021 Pagi hari kami segera untuk mandi dan packing perlengkapan yang sudah kami pinjam. Datanglah ibunya Wisnu membawakan 2 nasi bungkus beserta teh manis hangat, alhamdulillah. Cuaca pagi itu cerah, secerah semangat kami memulai pendakian. Pukul 08.30 WITA kami bergegas menuju kantor TNGR untuk registrasi. Tak lupa kami berpamitan kepada keluarga Wisnu dan menitipkan beberapa barang yang kami tidak bawa ke pendakian. Kami juga mampir ke sebuah warung makan untuk membeli nasi bungkus sebagai makan siang ketika perjalanan menuju Plawangan Sembalun. Target kami hari ini adalah mencapai Plawangan Sembalun sebelum matahari terbenam . Pintu Masuk Taman Nasional Gunung Rinjani Setelah mengurus simaksi dengan memperlihatkan  barcode pada aplikasi eRinjani, kami diberi briefing singkat. Masih ingat dengan keterlambatan kami karena delay pesawat kemarin? Nah, ternyata kami juga diizinkan untuk menambah durasi pendakian kami yang tadinya hanya 2 hari 1 malam, menjadi 3 hari 2

Catatan Perjalanan Rinjani via Sembalun Part 1

Sudah lama kami berencana untuk mendaki gunung Rinjani yang terletak di pulau Lombok. Setelah mengamati kalender dan memperhitungkan kesibukan kerja, Kami putuskan untuk mendaki Rinjani pada hari Minggu-Senin tanggal 17-18 Oktober 2021. Rencananya, Kami hanya akan mengejar puncak Rinjani via Sembalun tanpa turun ke Danau Segara Anak, pun turun dari Rinjani via Sembalun. Kami mengurus Simaksi (Surat Izin Masuk Kawasan Konvervasi) Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) melalui aplikasi android eRinjani secara online pada tanggal 3 September 2021. Sebagai informasi, selama pandemi COVID-19, kuota pendaki TNGR di setiap jalurnya hanya sejumlah 60 orang saja. Untuk informasi selengkapnya tentang TNGR bisa dilihat di website resmi TNGR . Jumat, 15 Oktober 2021 Kami pergi ke Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura Ambon untuk melakukan tes PCR sebagai syarat perjalanan menggunakan pesawat terbang. Kami tes pada pagi hari dan hasilnya dapat kami ambil di malam harinya. Hasil tes PCR langsung

Gunung Hutan

Suatu waktu aku pernah ditanya mengenai lebih seru mana antara menyelam di laut atau mendaki gunung. Waktu itu aku sempat memikirkan mana yang lebih aku sukai sehingga pertanyaan dari temanku tadi bisa kujawab dengan tegas. Pada akhirnya aku tidak bisa memilih salah satu dari mereka karena dua-duanya seru dan aku sukai. Secara umum, mendaki gunung adalah kegiatan olahraga di alam terbuka yang membutuhkan waktu lebih dari sehari bahkan ada yang lebih dari seminggu. Karena membutuhkan waktu yang lama, maka ada banyak hal yang harus dipersiapkan sebelum kita mulai mendaki, baik persiapan fisik, mental, maupun pengetahuan yang harus kita pahami selama beraktivitas di alam terbuka. Selama berada di alam terbuka kita juga harus menaati peraturan yang diberikan oleh pengurus Taman Nasional terkait. Ada beberapa peraturan umum yang seperti dilarang membuang sampah sembarangan dan juga terkadang ada peraturan khusus seperti di gunung Lawu yang melarang pendaki memakai atribut berwarna hijau s