Ada satu momen yang berhasil membuatku jadi merasa menjadi seorang pecundang. Momen tersebut berasal dari ucapan adik tingkat di kampus yang tengah kuajak ngobrol tentang kepemimpinan. Sedihnya adalah waktu itu aku adalah seorang yang dipercayai sebagai seorang pemimpin organisasi, sedangkan adik tingkatku ini adalah salah satu kandidat pemegang amanah selanjutnya untuk menjadi pemimpin organisasi ini. "Menurutmu, seorang pemimpin itu harus idealis atau realistis?" Aku bertanya. Aku adalah seorang yang memiliki kombinasi otak kiri yang lebih dominan ditambah dengan sifat pemalas. Sehingga dari pertanyaan diatas aku cenderung berpendapat pemimpin realistis adalah lebih baik daripada yang idealis. Dan bukan cuma aku, mungkin dari 4 dari 5 orang yang pernah kuajak ngobrol tentan hal ini sepakat kalau pemimpin harus realistis. Kenapa? Karena seorang pemimpin harus bertanggung jawab atas segala bentuk program yang organisasi jalankan. Daripada gagal menjalankan sesuatu yang "
Tahu-tahu tua, tahu-tahu tiada